Pagi
ini Meta sangat tergesa-gesa menuju kampus setelah menyiapkan sekotak
makanan yang akan dibawanya untuk diberikan kepada seseorang.
“Ta, kamu sudah mau berangkat?” Tanya Dina seorang teman kosnya.
“Iya
din, sudah telat. Aku berangkat dulu ya. Assalamuallaikum.” Sambil
tergesa-gesa membawa buku dan sekotak nasi yang telah dia siapkan.
“Hati-hati ya, wa’allaikumsalam.” Teriak Nadin, dan Dina dari dalam kamar.
Baru saja ketika dia keluar, di depan pintu kos, telah ada seseorang laki-laki yang sedang berdiri, menunggunya di depan.
“Assalamuallaikum Meta.” Salam Riko, sambil tersenyum.
“Wa’allaikumsalam. Kak Riko ada apa pagi seperti ini sudah disini?”
“Aku
tadi kebetulan lewat, karena ingat kamu hari ini juga ada jadwal
kekampus pagi, jadi aku bermaksud mengajak kamu berangkat bersama.
Bagaimana?” Dengan nada malu Riko menungkapkan maksudnya itu.
“Maaf Kak, bukan Meta menolak, hanya saja Meta sedang ada urusan, tidak langsung kekampus.” Jawabnya dengan sopan.
“Aku bisa antar kok sekalian. Memang urusannya dimana?”
“Tidak
perlu repot-repot kak. Terimakasih kak Riko sudah bermaksud baik, hanya
saja urusanku ini privasi. Maaf sekali kak.” Jawabnya dengan nada
menolak sopan.
“Iya
deh, kamu hati-hati di jalan.” Nada kecewa Riko yang memang sudah
sengaja menunggu Meta agar mampu berangkat ke kampus bersama.
Riko
memang telah lama menyukai Meta, mungkin karena Meta berbeda dengan
wanita yang selama ini dia temui. Riko selalu berhasil membuat semua
perempuan memuja dirinya. Pesona Riko mampu meluluhkan hati banyak
wanita. Namun pada Meta semua itu tidak berlaku. Setiap hari Riko selalu
berusaha untuk mendekati Meta dengan segala alasan, tapi setiap kali
itu juga Riko ditolak oleh Meta. Namun itu bukan membuat Riko lantas
mundur dan pupus harapan justru Riko semakin penasaran dengan Meta.
Dalam
perjalanan Meta menuju kampus, dia berhenti didepan pintu gerbang
kampus dan menghampiri seorang perempuan tua yang sedang duduk disana.
dengan pakaian serba adanya nenek itu duduk sambil mengatungkan
tangannya pada setiap orang yang lewat didepannya.
“Assalamuallaikum
nek. Bagaimana kabar nenek hari ini? Nek, saya tadi buat nasi goreng
dan ini masih ada untuk nenek, semoga nenek suka.” Katanya sambil
tersenyum.
“Kok repot-repot bawakan makanan buat nenek, makasih ya nak. Pasti nenek makan.”
“Tidak
repot kok nek. Semoga nenek suka. Saya permisi dulu ya nek, mau kuliah.
Assalamuallaikum” sambil mencium tangan nenek itu.
Meta
mengambil langkah panjang menuju kampus. Tanpa dia sadar Riko telah
memperhatikan semua tindakan Meta. Riko yang dari depan kos Meta telah
mengikutinya dari belakang semakin terpukau dengan tindakan Meta yang
dilihatnya. Riko semakin tertarik kepada Meta.
Meta
memang gadis yang cerdas, sopan dan budi pengertinya luhur. Tidak salah
jika banyak orang menyukai Meta. Sebenarnya tidak hanya Riko yang telah
mencoba untuk mendekati Meta tapi sudah beberapa lelaki, ada juga yang
sudah menyatakan kesiapannya untuk meminang Meta. Namun tampaknya hati
Meta memang telah memiliki seorang imam idaman.
Waktu semakin siang dan Riko telah bersiap didepan pintu untuk menunggu Meta yang keluar dari kelas.
“Assalamuallaikum Meta.”
“Wa’allaikumsalam kak Riko. Ada apa ya kak?”
“Kamu
mau pulang sekarang? Bagaimana kalau pulang bersama aku? Kita makan
dulu sebelum pulang? Aku ingin bicara sesuatu dengan kamu ta.”
“Maaf kak sebelumnya tapi ingin bicara tentang apa ya kak?”
“Aku tidak bisa bicara disini ta. Bagaimana kalau kita bicara sambil duduk ditaman belakang saja atau dikantin saja?”
“Maaf
kak bukan Meta tidak menghargai ajakan kak Riko hanya saja Meta tidak
bisa. Lagipula tidak enak juga kalo kita hanya berdua.” Katanya sambil
tersenyum.
“Ditaman
atau di kantinkan tempat umum ta, bukan cuma kita berdua yang ada
disitu. Bagaimana kalau kita ngobrol dikantin saja sambil makan.”
“Kantin
memang tempat umum kak, tapi ketika kak Riko ingin mengajak Meta untuk
duduk bersama sebaiknya ajak juga satu orang yang bisa mengawasi kita
kak.” Sambil tersenyum manis kepada Riko.
“Tapi ta, ini penting tidak bisa jika ada orang lain.”
“maaf
kak, bukan maksud Meta mempersulit kak Riko yang ingin mengajak Meta
ngobrol tapi Meta lebih takut Allah marah kak. Jika memang ada hal yang
sangat penting bisa kak Riko sampaikan sekarang saja disini kak.” Sambil
menatap kebawah.
“Tapi ta..”
“Silahkan kak Riko bicara disini jika tidak Meta akan ijin pulang terlebih dahulu kak.”
“Iya
disini saja tidak apa, walaupun sebenaranya tempat ini tidak cocok
untuk membicarakan hal pribadi seperti ini. Jadi begini ta, kamu juga
pasti tahu bahwa sudah lama aku menyukai kamu. sudah lama aku mengagumi
kamu ta, begitu mengagumi sampai aku tidak sadar dan tidak dapat untuk
membedakan antara kagum atau rasa sayang. Aku tidak pernah sebelumnya
merasakan perasaan seperti ini ta, rasanya sulit untuk diungkapkan.
Setiap malam Cuma bayangan kamu yang terus aku pikirkan. Bahkan untuk
mengatakan kepada kamu saja bagaimana perasaanku begitu sulit. Aku… Aku
ingin mengatakan, mau tidak jika kamu jadi pacar ku?”
Seketika
Meta tersentak, dia hanya diam. Untuk pertama kalinya Meta kaget
mendengarkan ada seorang pria yang mengatakan perasaannya kepada Meta.
Selama ini memang banyak laki-laki yang mencoba mendekati Meta,
mengungkapkan perasaan kepada Meta namun belum ada laki-laki yang dengan
beraninya mengatakan perasaannya langsung kedepan Meta seperti hari
ini.
“Maaf kak sebelumnya, Meta tidak mengerti apa maksud kak Riko?”
“Masak
kamu tidak mengerti ta, seperti yang kamu tahu, sudah lama aku menyukai
dan mengamati kamu semenjak pertama kali aku bertemu dengan kamu. Aku
telah merasa ada yang berbeda denganmu. Aku benar-benar serius dengan
kamu ta.”
“Maaf kak bukan Meta berniat menyakiti hati kak Riko atau Meta lancang menolak kak Riko, hanya saja Meta tidak bisa kak.”
“Kenapa
ta? Apa aku tidak pantas bersanding dengan kamu? Atau aku kurang tampan
untuk kamu? Atau kurang kaya ta menurut kamu? atau apa ta?”
“Bukan
seperti itu kak, Meta tidak pernah melihat seseorang karena tampan atau
kaya. Karena bukan kaya atau tampan kak yang akan membawa Meta ke
surga.”
“lantas apa ta?”
“Meta memang
tidak berniat untuk pacaran kak. Karena menurut islam sendiri memang
tidak ada yang namanya pacaran kak, yang ada dalam islam adalah ta’aruf.
Jika memang seorang laki-laki telah menyatakan keseriusannya kepada
seorang wanita maka akan jauh lebih baik jika mereka berdua dita’aruf
untuk menghindari hal yang memang tidak diinginkan, itu juga dimaksudkan
untuk menghindarkan dari fitnah.“
“Hah? Ta.. Ta’aruf?” Nadanya bingung.
Sambil
tersenyum dia menjelaskan.”Ta’aruf itu jalan untuk mengenali seorang
wanita dengan aturan-aturan didalamnya. Cara perkenalan itu dilakukan
dengan meminta bantuan seorang perantara yaitu dari pihak wanita
misalnya ayah, kakak laki-laki atau adik laki-laki dari si wanita.”
“Tapi
ta apakah untuk saling mengenal saja harus begitu sulit? Kini jaman
sudah begitu maju ta, ini bukan lagi jaman ketika antara laki-laki dan
perempuan dibatasi oleh aturan, kita bukan juga hidup didaerah pesantren
ta. Strata antara laki-laki dan perempuan kini telah seimbang. Islam
sudah begitu berkembang. Pacaran secara sehat menurutku sama saja
seperti ta’aruf yang kamu maksud itu.”
“Pacaran
secara sehat itu seperti apa kak? Apakah kak Riko mampu menmpu menjamin
untuk menghindari semua hal yang biasa dilakukan dalam pacaran? Apa kak
Riko bisa menghindari setan ikut campur dalam urusan dua orang yang
terikat dalam hubungan yang dikatakan dengan pacaran?” Sambil tersenyum
Meta mulai membuka pandangan Riko.
Riko hanya terdiam bingung.
“Menurut
Meta dari awal memang islam sudah modern dan perkembangannya sudah
begitu sempurna diatur dalam Al-Qu’ran. Semua aturan sudah terterang
begitu jelas kak. Seorang wanita begitu telah dimuliakan oleh Allah,
begitu dijaga harkat dan martabatnya dan untuk menjaga itu Allah
menjaganya dengan jalan ta’aruf ini. Lagipula tidak ada seorang pun yang
mampu mencegah setan masuk diantara hubungan laki-laki dan perempuan
bahkan jika keduanya hanya berbincang seperti ini. Siapa yang mampu
menjamin bahwa dalam pacaran tidak akan melakukan hal apapun yang
dibenci Allah? Jika memang sudah berniat untuk saling mengenal secara
serius dan membina hubungan yang lebih matang jalannya adalah ta’aruf
bukan pacaran, itu yang Meta yakini. Sekali lagi Meta minta maaf kak.”
Sambil mengambil langkah pergi.
Riko
hanya terpaku melihat Meta yang telah mengambil langkah pergi.
Semalaman Riko terus memikirkan apa yang sudah disampaikan oleh Meta
kepada dirinya.
“Masih
ada saja di jaman seperti sekarang orang yang begitu menjaga dirinya
seperti dia. Tidak salah memang aku telah memilihnya sebagai pelabuhan
hatiku. Memang benar apa yang telah disampaikan oleh Meta. Dia bukan
seorang yang baik untuk dijadikan pacar tapi dia lebih baik dijadikan
sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anakku kelak. Perempuan yang
baik hanya untuk laki-laki yang baik.”
Semenjak hari itu Riko berjanji pada dirinya untuk berusaha menjadikan dirinya sosok yang pantas bersanding dengan Meta.
Setelah
kejadian itu Riko mulai berfikir untuk mencari jati dirinya dan
memutuskan untuk sementara waktu pergi mencari ketenangan.
“Meta” teriakan Dina memangil.
“Ada apa din?”
“Ini ada surat titipan dari Riko buat kamu.”
“Surat apa din?”
“Tidak tau, kamu baca aja sendiri. Tadi dia cuma titip surat ini sambil pamit katanya mau pergi.”
“Terimakasih din.” Sambil membuka surat itu.
“Assalamuallaikum
Meta. Mungkin ketika kamu menerima surat ini aku sudah pergi. Semester
ini kuliahku juga sudah selesai. Jujur aku malu ingin bertemu dengan
kamu, bahkan untuk menghubungi kamu lewat telpon atau sms pun aku merasa
malu, untuk itu aku menulis surat ini. Aku pergi untuk sementara karena
ingin mencari jati diri ta, aku ingin membuat diriku layak bersanding
dengan kamu. Aku ingin berubah menjadi laki-laki yang pantas dimata
Allah untuk menjadi imammu. Terimakasih ta, kata-katamu sudah
benar-benar membuka hatiku. Banyak hal yang harus aku perbaiki dalam
diriku. Kamu benar memang tidak sepantasnya aku memintamu untuk menjadi
pacarku jika memang aku mencintai kamu. aku akan kembali ta. Jodoh tidak
akan pernah mampu lari jauh walaupun dia dipisahkan oleh jarak dan
waktu. Jika memang kita berjodoh kelak kita akan bertemu diwaktu yang
tepat ta. Semoga ketika aku kembali kamu masih menunggu aku.
Waalaikumsalam.”
“Amin.
Semoga kamu bisa menjadi lebih baik kak. Aku selalu berdoa untuk
kebaikkan mu.” Doanya dalam hati sambil tersenyum lega mendengar kabar
baik itu.
“Kenapa kamu ta, senyum-senyum sendiri?” Tiba-tiba Nadin muncul di jendela kamarnya sambil tertawa menggoda Meta.
“Hmm.. Ta aku pinjam kerudung donk soalnya kerudungku masih di laundri.
“Masuk deh. Memangnya mau kemana kamu?”
“Aku mau keluar sama Viky nanti sore.” Katanya sambil tersenyum malu.
“Viky?
Kamu beberapa minggu ini rajin sekali din keluar sama dia? Hati-hati
din, aku cuma khawatir sama kamu, aku tidak mau terjadi sesuatu yang
buruk dengan kamu. Aku lihat Viky dikampus tidak begitu baik sikapnya,
dia sering mengoda wanita-wanita dikampus. Aku harap kamu bisa jaga diri
dan jangan sampai salah memilih teman.”
“Iya ta, aku tahu kok tapi dia berjanji akan berubah ta. Dia bilang ingin serius dengan ku.”
“Apa maksud kamu dengan serius?” Tanyanya bingung.
“Maaf
ya ta, kalau aku belum cerita sebenarnya aku sudah pacaran dengan dia
satu minggu ini. Aku tidak bilang sama kamu karena aku takut kamu bakal
marah. Maaf sekali ta, tapi aku janji tidak akan melakukan hal apapun
yang memang tidak seharusnya dilakukan. Janji! Kamu jangan khawatir, aku
akan baik-baik saja.” Katanya sambil meyakinkan.
“Aku
hanya berharap kamu bisa jaga diri din. Aku sudah berkali-kali melarang
tapi hasilnya kamu justru marah dan mogog ngomong sama aku. Harapanku
hanya kamu bisa jaga dirimu baik-baik.”
“Siap Meta, aku pasti akan jaga diri.” Sambil mengambil baju.
Satu jam berlalu. Tiba-tiba terdengar teriakan dari luar.
“Nadin… Vika… Ditunggu orang diluar.”
“Iya sebentar teriak mereka dari dalam kamar.”
Vika
adalah seorang teman kos juga. Dulu Vika juga begitu dekat dengan
mereka berempat, hanya saja semakin lama Vika semakin sibuk dan mulai
menjauh dari mereka, bahkan anak kos yang lain. Vika terlalu sering
pergi, sehingga jarang terdengar kabarnya dikos.”
“Assalamuallaikum. Berangkat dulu ya.” Teriak mereka berdua secara bersama-bersama.
“Wa’allaikumsalam. Hati-hati din, vit.” Jawab salam dari Meta dan Vita yang sedang didalam kamar.
Baru
saja nadin dan vita keluar dari pintu kos, terdengar suara langkah kaki
yang begitu cepat dari luar kamar. Tiba-tiba datang Dina dengan heboh
masuk kedalam kamar.
“Kalian
tahu tidak Vita tadi pagi habis dimarahin ibu kos soalnya semalem dia
habis pulang malem lagi. Kemarin itu aku lihat dia berangkat sama cowok
yang sering jemput dia itu. Baru tadi pagi dimarahin ibu, sekarang sudah
keluar lagi. Itu anak hampir setiap hari keluar sama cowok itu. Pacaran
mulu.”
“Hei
dilarang hibah, siapa tahu dia pulang malam karena memang ada urusan
yang sangat penting dan laki-laki yang sering menjemput itu temannya
atau saudaranya.” Sahut Meta.
“ Nggak tahu ini orang kok ngosip mulu kerjaannya.”
“Ya maaf, tapi kan bukan gosip itu fakta kali.”
“Sudah-sudah
daripada kita nambah dosa, bagaimana kalau kita sekarang cari makan.
Soalnya tugasku masih numpuk banget, jadi semakin cepat makan, semakin
cepat aku menyelesaikan tugas-tugasku ini.” Kata Vita dengan berdiri
mengajak mereka makan.
Mereka
berangkat untuk mencari makan. Beberapa menit kemudian mereka pulang
dengan membawa beberapa bungkus makanan dan snack untuk menemani mereka
mengerjakan tugas. Mereka memang sudah biasa makan dan mengerjakan tugas
bersama di salah satu kamar.
Waktu menunjukkan semakin larut malam namun Nadin belum juga pulang.
“Vit, sudah malam kok Nadin belum pulang ya?” Tanya Meta.
“Iya sih, coba aku telfon dulu, kamu sms dia ya!” Sambil mereka berdua sibuk dengan handphonenya untuk menghubungi Nadin.
“Nomernya tidak aktif ta.” Kata Vita sambil khawatir.
“Iya. Dina mana? Apa kita keluar cari Nadin ya? Aku takut ada apa-apa sama dia.”
“Kenapa cari aku?”
“Nadin belum pulang. Bagaimana kalau kita keluar cari Nadin?”
“Ya sudah ayo, kalian siap-siap, biar aku minta kunci sama ijin ke ibu.”
Mereka bertiga berkeliling mencari Nadin. Hampir satu jam mereka mencari Nadin namun belum juga ketemu.
“Vit, vit berhenti, itu Nadin bukan sih?”
“Mana
ta? Itu, coba berhenti.” Sambil berhenti. Kemudian Meta dan Dina segera
berjalan menuju ke arah seorang wanita sedang duduk sambil menangis.
Karena merasa yakin bahwa itu Nadin, mereka bertiga berlari menuju ke
arah wanita itu duduk.
“Nadin? Nad, kenapa kamu nangis disini? Kami itu khawatir sama kamu.”
“Ayo kita pulang sekarang saja, nanti dikos baru dijelaskan.”
Sampai dikos mereka menenagkan Nadin yang terus menangis.
“Ini nad minum dulu. Jangan nangis terus, coba ngomong ada apa?” Sambil memberikan segelas air putih kepada Nadin.
“Ta, kamu benar Viky itu cowok kurang ajar ta.” Sambil terus menangis.
“Ada apa nad? Coba cerita pelan-pelan jangan nangis, tenang.”
“Dia ta, dia tadi berlaku kurang ajar sama aku. Dia mau berbuat macam-macam sama aku.” Sambil semakin menangis tersedak-sedak.
“Tapi kamu tidak apa kan? Kurang ajar sekali itu orang. Awas aja, kita buat perhitungan besok sama dia!” Nada marah Vita.
“Sudah,
tenang. Vita juga, kita tidak perlu kita turun tangan. Yang penting
Nadin baik-baik saja sekarang. Ini jadi pelajaran buat kamu, buat kita
semua untuk lebih hati-hati. Allah kali ini masih sayang sama kamu nad.
Jangan buat Allah kecewa lagi dengan sikap kamu! Sekarang lebih baik
kamu sholat, kemudian istirahat. Sudah tidak apa, tenangkan dirimu.”
Pagi menjelang dengan matahari bersinar terang menyilaukan. Tiba-tiba Dina berteriak keras dari luar.
“Meta, Nadin, Vita, bangun sekarng cepat! cepat!” Pangilnya sambil mengetuk pintu setiap kamar keras.
“Ada apa sih?” Jawab Vita, Nadin dan Meta sambil membuka pintu, berjalan menuju kamar Dina dengan sempoyongan.
“Bangun!
Vika.. Vika hamil!” Seketika Vita, Meta dan Nadin yang masih terlihat
mengantuk tersentak kaget. Rasa kantuk serasa hilang.
“Astafirullah. Kamu dapat kabar seperti itu darimana? Gosip itu!” Sahut Meta.
“Gosip
apa? Ibu tadi pagi nemuin testpek di kamar mandi. Setelah ditanya
ternyata punya Vika. Dia nangis-nangis tadi waktu ditanya ibu.”
“Terus dia bagaimana sekarang? Dia dimana?” Tanya Vita.
“Dia tadi dipangil abah.” Sambil mereka tercengang serasa tidak percaya.
Tiba-tiba Nadin memeluk Meta, Vita dan Dina.
“Aku
benar-benar bersyukur ada kalian. Untung saja aku tidak sampai seperti
itu. Terimakasih untuk selalu mengingatkan aku. Maaf untuk semua sikapku
selama ini.”
“Akhirnya
kamu mengertikan? Itu sebabnya Allah melarang pacaran dan memberikan
jalan ta’aruf untuk saling mengenal antara pria dan wanita. Betapa Allah
menyayangi kita dan memuliakan kita sebagai wanita untuk dijaga. Mau
seperti apapun dikatakan pacaran sehat dan laki-laki yang dekat itu
baik, tidak akan ada seorang pun yang mampu menjamin bahwa tidak akan
ada setan yang ikut campur. Lagipula jika memang laki-laki itu mempunyai
itikat baik kepada seorang wanita maka laki-laki itu akan memuliakan
wanita dengan menjaga hubungannya lewat ta’aruf bukan malah mengajak
pacaran. Ini menjadi pelajaran untuk kita semua. Kalian mengertikan
sekarang maksudku? Bukan aku tidak senang jika kalian senang tapi aku
hanya menjaga kalian. Bukan juga aku yang sok melarang kalian, itu semua
adalah cara Allah untuk menjaga kita sebagai wanita.”
Satu
tahun berlalu setelah Riko pergi. semenjak hari itu banyak hal tidak
sama lagi dari Meta, banyak hal berubah dan mulai dipahami. Seperti
halnya hati Meta, yang tidak dengan mudah bisa dimengerti dan dipahami.
Meta terus menunggu Riko kembali seperti yang Riko telah minta.
“Assalamuallaikum Meta.” Salam dari seorang laki-laki yang tiba-tiba berdiri didepan kos Meta”
“Wa’allaikumsalam. Kak Riko?” Dengan wajah kaget melihat Riko didepan kos.
“Iya ta, aku Riko.” Jawabnya sambil tersenyum.
“Kamu mau ke kampus? Mau aku antar naik motor?” Tanyanya sambil tersenyum.
“Meta bisa jalan saja kak.”
“Wanita
ini masih sama, masih begitu menjaga martabatnya dan begitu takut jika
Allah marah kepadanya. Betapa dia wanita yang istimewa. Berarti aku
memang tidak salah menempatkan hatiku untuk mencintainya. Ya Allah jika
memang dia diperkenankan sebagai makmum yang menata keluarga ku kelak
maka lancarkanlah jalanku untuk menuju hatinya tanpa mengurangi sedikit
pun porsi untukmu kepadaku. Jika dia memang tulang rusuk yang diciptakan
dari bagian tubuhku maka jagalah dia, hatinya dan pandangannya ya
Allah, selama memang waktu belum tepat untukku menjadi imamnya. Begitu
pula kepadaku. Dan jika memang saat ini takdir telah menempatkan waktu
yang tepat antara diriku dan dia biarkan kami menjadi satu dalam sebuah
ikatan yang halal. Sehingga mudah kan jalan kami berdua dalam mencapai
kebaikan. Amin.” Doanya dalam hati.
“Aku kembali ta, menepati semua janjiku ke kamu.”
“Alhamdulillah.” diucapkan dari dalam hati Meta.
Meta
benar-benar terlihat senang melihat Riko telah benar-benar berubah.
dari awal hati Meta telah memilih Riko sebagaimana hati Riko memilih
Meta. Kini takdir benar-benar menunjukkan waktunya yang tepat. Satu
tahun penantian yang bukan panjang dan bukan pula sebuah penantian
singkat.
“Aku
tahu ta. Ta, aku kesini hanya ingin bilang bahwa aku telah menemui
ayahmu bersama orang tuaku. Aku telah menepati janjiku.” Katanya sambil
tersenyum.
Meta
pun membalas senyum manis itu dengan sebuah tatapan malu dan bahagia.
Meta adalah bagian takdir yang telah digariskan kepada Riko untuk
menjadikan hidupnya berkah dan sempurna. Mereka diciptakan untuk hatinya
saling menyatu, pandangannya saling menjaga dan diciptakan untuk saling
melengkapi satu sama lain. Saling memiliki ikatan jodoh, bertemu dalam
suatu ikatan halal yang dikatakan pernikahan. Dijadikan makmum lah Meta
bagi Riko. Cinta yang indah dengan sebuah penantian berbuah manis
diakhir kisahnya. Pada akhirnya Riko dan Meta memperkuat hubungan mereka
dengan ta’aruf yang menjaga hubungan tanpa dipengaruhi setan dan
memuliakan seorang wanita. Ta’aruf ini berjalan 3 bulan dan akhirnya
mereka menikah setelah Riko memegang toga. Ta’aruf tersenyum pada
penantiannya. Bukan nafsu yang berbicara pada cinta yang nyata tapi
ikhlas dan tawakallah yang membawa cinta pada surga.
Cinta
sempurna bukan dari pasangan yang sempurna, tapi cinta sempurna datang
dari pasangan yang mampu melengkapi dalam sebuah cerita yang indah
untuk di bawa menuju surga. Cinta tidak pernah diciptakan sempurna, tapi
cinta selalu ditakdirkan untuk menjadi sempurna. Bukan cinta yang
memberi alasan tapi alasan yang memberikan cinta. Bukan masalah ketika
kita bertahan untuk sebuah cinta, tapi bukan hanya cinta kepada sesama
manusia yang lebih diutamakan. Cinta bukan hanya sekedar mencari rasa,
atau kebahagiaan sesaat, tapi cinta harus memberikan kebahagiaan
sempurna sampai mencapai surga. Tidak pernah salah ketika kita mencintai
sesama manusia, lawan jenis kita, karena itu adalah fitrah dalam diri
setiap manusia, yang salah adalah ketika kita mencintai manusia melebihi
kita mencintai sang pencipta kita dan membiarkan Allah cemburu karenanya.