30 Agu 2014

Apakah Shalat Tahajud harus tidur dahulu?

Para ulama menegaskan, qiyam lail lebih umum dari pada tahajud. Karena qiyam lail mencakup semua kegiatan ibadah di malam hari, baik berupa shalat, membaca Al-Quran, belajar mengkaji ilmu agama, atau dzikir. Selama ketaatan itu dilakukan di malam hari, sehingga menyita waktu istirahatnya, bisa disebut qiyam lail. Baik dilakukan sebelum tidur maupun sesudah tidur.

Makna Qiyam lail adalah seseorang sibuk melakukan ketaatan pada sebagian besar waktu malam. Ada yang mengatakan, boleh beberapa saat di waktu malam. Baik membaca Al-Quran, mendengar hadis, bertasbih, atau membaca shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, 34/117).

Sementara tahajud hanya khusus untuk ibadah berupa sholat. Sementara ibadah lainnya, selain shalat, tidak disebut tahajud.

Kedua, apakah harus tidur dulu?

Ulama berbeda pendapat tentang syarat bisa disebut sholat tahajud, apakah harus tidur dulu ataukah tidak.

1. Tahajud harus tidur dulu

Ini merupakan pendapat Ar-Rafi’i – ulama madzhab Syafii –. Dalam bukunya As-Syarhul Kabir, beliau menegaskan,

التَّهَجُّدُ يَقَعُ عَلَى الصَّلَاةِ بَعْدَ النَّوْمِ ، وَأَمَّا الصَّلَاةُ قَبْلَ النَّوْمِ ، فَلَا تُسَمَّى تَهَجُّدًا
“Tahajud istilah untuk shalat yang dikerjakan setelah tidur. Sedangkan shalat yang dikerjakan sebelum tidur, tidak dinamakan tahajud.”

Setelah menyatakan keterangan di atas, Ar-Rafi’i membawakan riwayat dari katsir bin Abbas dari sahabat Al-Hajjaj bin Amr radhiyallahu ‘anhu,

يَحْسَبُ أَحَدُكُمْ إذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يُصَلِّي حَتَّى يُصْبِحَ أَنَّهُ قَدْ تَهَجَّدَ ، إنَّمَا التَّهَجُّدُ أَنْ يُصَلِّيَ الصَّلَاةَ بَعْدَ رَقْدِهِ ، ثُمَّ الصَّلَاةَ بَعْدَ رَقْدِهِ ، وَتِلْكَ كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Diantara kalian menyangka ketika melakukan shalat di malam hari sampai subuh dia merasa telah tahajud. Tahajud adalah shalat yang dikerjakan setelah tidur, kemudian shalat setelah tidur. Itulah shalatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ibnu Hajar dalam Talkhis Al-Habir mengatakan,

Sanadnya hasan, dalam sanadnya ada perawi yang bernama Abu Shaleh, juru tulis Imam Al-Laits, dan Abu Shaleh ada kelemahan. Hadis ini juga diriwayatkan At-Thabrani, dengan sanad dari Ibnu Lahai’ah. Dan riwayat kedua ini dikuatkan dengan riwayat jalur sebelumnya.

2. Tahajud TIDAK harus tidur dulu

Sholat tahajud adalah semua shalat sunah yang dikerjakan setelah isya, baik sebelum tidur maupun sesudah tidur. (Hasyiyah Ad-Dasuqi, 7/313).

Karena tahajud memiliki arti mujanabatul hajud (menjauhi tempat tidur). Dan semua shalat malam bisa disebut tahajud jika dilakukan setelah bangun tidur atau di waktu banyak orang tidur.

Ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أفشوا السلام، وأطعموا الطعام، وصلوا الأرحام، وصلوا بالليل والناس نيام تدخلوا الجنة بسلام
Sebarkanlah salam, berilah makanan, sambung silaturahmi, dan kerjakan shalat malam ketika manusia sedang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat. (HR. Ahmad, Ibn Majah, dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth)

Tentang makna tahajud ada 3 pendapat: pertama, tidur kemudian shalat lalu tidur lagi, kemudian shalat. Kedua, shalat setelah tidur. Ketiga, tahajud adalah shalat setelah isya. Beliau berkomentar tentang yang pertama, bahwa itu adalah pemahaman ulama tabi’in, yang menyandarkan pada ketarangan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur kemudian shalat, kemudian tidur, lalu shalat. Sedangkan pendapat paling kuat menurut Malikiyah adalah pendapat kedua. (Dinukil dari Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, 14/86)

Catatan:

Bagi anda yang dikhawatirkan tidak mampu bangun sebelum subuh untuk tahajud, dianjurkan untuk shalat sebelum tidur. Sekalipun tidak disebut tahajud oleh sebagian ulama, namun dia tetap terhitung melakukan qiyam lail, yang pahalanya besar.

Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk bisa istiqamah dalam melakukan ketaatan.

-----
Our Ordinary Family
Sumber : Konsultasi Syariah

25 Agu 2014

Cintaku Sempurna Dalam Ta'Aruf



Pagi ini Meta sangat tergesa-gesa menuju kampus setelah menyiapkan sekotak makanan yang akan dibawanya untuk diberikan kepada seseorang.


“Ta, kamu sudah mau berangkat?” Tanya Dina seorang teman kosnya.
“Iya din, sudah telat. Aku berangkat dulu ya. Assalamuallaikum.” Sambil tergesa-gesa membawa buku dan sekotak nasi yang telah dia siapkan.
“Hati-hati ya, wa’allaikumsalam.” Teriak Nadin, dan Dina dari dalam kamar.

Baru saja ketika dia keluar, di depan pintu kos, telah ada seseorang laki-laki yang sedang berdiri, menunggunya di depan.

“Assalamuallaikum Meta.” Salam Riko, sambil tersenyum.
“Wa’allaikumsalam. Kak Riko ada apa pagi seperti ini sudah disini?”
“Aku tadi kebetulan lewat, karena ingat kamu hari ini juga ada jadwal kekampus pagi, jadi aku bermaksud mengajak kamu berangkat bersama. Bagaimana?” Dengan nada malu Riko menungkapkan maksudnya itu.
“Maaf Kak, bukan Meta menolak, hanya saja Meta sedang ada urusan, tidak langsung kekampus.” Jawabnya dengan sopan.
“Aku bisa antar kok sekalian. Memang urusannya dimana?”
“Tidak perlu repot-repot kak. Terimakasih kak Riko sudah bermaksud baik, hanya saja urusanku ini privasi. Maaf sekali kak.” Jawabnya dengan nada menolak sopan.
“Iya deh, kamu hati-hati di jalan.” Nada kecewa Riko yang memang sudah sengaja menunggu Meta agar mampu berangkat ke kampus bersama.

Riko memang telah lama menyukai Meta, mungkin karena Meta berbeda dengan wanita yang selama ini dia temui. Riko selalu berhasil membuat semua perempuan memuja dirinya. Pesona Riko mampu meluluhkan hati banyak wanita. Namun pada Meta semua itu tidak berlaku. Setiap hari Riko selalu berusaha untuk mendekati Meta dengan segala alasan, tapi setiap kali itu juga Riko ditolak oleh Meta. Namun itu bukan membuat Riko lantas mundur dan pupus harapan justru Riko semakin penasaran dengan Meta.

Dalam perjalanan Meta menuju kampus, dia berhenti didepan pintu gerbang kampus dan menghampiri seorang perempuan tua yang sedang duduk disana. dengan pakaian serba adanya nenek itu duduk sambil mengatungkan tangannya pada setiap orang yang lewat didepannya.

“Assalamuallaikum nek. Bagaimana kabar nenek hari ini? Nek, saya tadi buat nasi goreng dan ini masih ada untuk nenek, semoga nenek suka.” Katanya sambil tersenyum.
“Kok repot-repot bawakan makanan buat nenek, makasih ya nak. Pasti nenek makan.”
“Tidak repot kok nek. Semoga nenek suka. Saya permisi dulu ya nek, mau kuliah. Assalamuallaikum” sambil mencium tangan nenek itu.

Meta mengambil langkah panjang menuju kampus. Tanpa dia sadar Riko telah memperhatikan semua tindakan Meta. Riko yang dari depan kos Meta telah mengikutinya dari belakang semakin terpukau dengan tindakan Meta yang dilihatnya. Riko semakin tertarik kepada Meta.

Meta memang gadis yang cerdas, sopan dan budi pengertinya luhur. Tidak salah jika banyak orang menyukai Meta. Sebenarnya tidak hanya Riko yang telah mencoba untuk mendekati Meta tapi sudah beberapa lelaki, ada juga yang sudah menyatakan kesiapannya untuk meminang Meta. Namun tampaknya hati Meta memang telah memiliki seorang imam idaman.

Waktu semakin siang dan Riko telah bersiap didepan pintu untuk menunggu Meta yang keluar dari kelas.

“Assalamuallaikum Meta.”
“Wa’allaikumsalam kak Riko. Ada apa ya kak?”
“Kamu mau pulang sekarang? Bagaimana kalau pulang bersama aku? Kita makan dulu sebelum pulang? Aku ingin bicara sesuatu dengan kamu ta.”
“Maaf kak sebelumnya tapi ingin bicara tentang apa ya kak?”
“Aku tidak bisa bicara disini ta. Bagaimana kalau kita bicara sambil duduk ditaman belakang saja atau dikantin saja?”

“Maaf kak bukan Meta tidak menghargai ajakan kak Riko hanya saja Meta tidak bisa. Lagipula tidak enak juga kalo kita hanya berdua.” Katanya sambil tersenyum.
“Ditaman atau di kantinkan tempat umum ta, bukan cuma kita berdua yang ada disitu. Bagaimana kalau kita ngobrol dikantin saja sambil makan.”
“Kantin memang tempat umum kak, tapi ketika kak Riko ingin mengajak Meta untuk duduk bersama sebaiknya ajak juga satu orang yang bisa mengawasi kita kak.” Sambil tersenyum manis kepada Riko.
“Tapi ta, ini penting tidak bisa jika ada orang lain.”
“maaf kak, bukan maksud Meta mempersulit kak Riko yang ingin mengajak Meta ngobrol tapi Meta lebih takut Allah marah kak. Jika memang ada hal yang sangat penting bisa kak Riko sampaikan sekarang saja disini kak.” Sambil menatap kebawah.
“Tapi ta..”
“Silahkan kak Riko bicara disini jika tidak Meta akan ijin pulang terlebih dahulu kak.”


“Iya disini saja tidak apa, walaupun sebenaranya tempat ini tidak cocok untuk membicarakan hal pribadi seperti ini. Jadi begini ta, kamu juga pasti tahu bahwa sudah lama aku menyukai kamu. sudah lama aku mengagumi kamu ta, begitu mengagumi sampai aku tidak sadar dan tidak dapat untuk membedakan antara kagum atau rasa sayang. Aku tidak pernah sebelumnya merasakan perasaan seperti ini ta, rasanya sulit untuk diungkapkan. Setiap malam Cuma bayangan kamu yang terus aku pikirkan. Bahkan untuk mengatakan kepada kamu saja bagaimana perasaanku begitu sulit. Aku… Aku ingin mengatakan, mau tidak jika kamu jadi pacar ku?”

Seketika Meta tersentak, dia hanya diam. Untuk pertama kalinya Meta kaget mendengarkan ada seorang pria yang mengatakan perasaannya kepada Meta. Selama ini memang banyak laki-laki yang mencoba mendekati Meta, mengungkapkan perasaan kepada Meta namun belum ada laki-laki yang dengan beraninya mengatakan perasaannya langsung kedepan Meta seperti hari ini.

“Maaf kak sebelumnya, Meta tidak mengerti apa maksud kak Riko?”
“Masak kamu tidak mengerti ta, seperti yang kamu tahu, sudah lama aku menyukai dan mengamati kamu semenjak pertama kali aku bertemu dengan kamu. Aku telah merasa ada yang berbeda denganmu. Aku benar-benar serius dengan kamu ta.”
“Maaf kak bukan Meta berniat menyakiti hati kak Riko atau Meta lancang menolak kak Riko, hanya saja Meta tidak bisa kak.”
“Kenapa ta? Apa aku tidak pantas bersanding dengan kamu? Atau aku kurang tampan untuk kamu? Atau kurang kaya ta menurut kamu? atau apa ta?”
“Bukan seperti itu kak, Meta tidak pernah melihat seseorang karena tampan atau kaya. Karena bukan kaya atau tampan kak yang akan membawa Meta ke surga.”

“lantas apa ta?”
“Meta memang tidak berniat untuk pacaran kak. Karena menurut islam sendiri memang tidak ada yang namanya pacaran kak, yang ada dalam islam adalah ta’aruf. Jika memang seorang laki-laki telah menyatakan keseriusannya kepada seorang wanita maka akan jauh lebih baik jika mereka berdua dita’aruf untuk menghindari hal yang memang tidak diinginkan, itu juga dimaksudkan untuk menghindarkan dari fitnah.“

“Hah? Ta.. Ta’aruf?” Nadanya bingung.

Sambil tersenyum dia menjelaskan.”Ta’aruf itu jalan untuk mengenali seorang wanita dengan aturan-aturan didalamnya. Cara perkenalan itu dilakukan dengan meminta bantuan seorang perantara yaitu dari pihak wanita misalnya ayah, kakak laki-laki atau adik laki-laki dari si wanita.”

“Tapi ta apakah untuk saling mengenal saja harus begitu sulit? Kini jaman sudah begitu maju ta, ini bukan lagi jaman ketika antara laki-laki dan perempuan dibatasi oleh aturan, kita bukan juga hidup didaerah pesantren ta. Strata antara laki-laki dan perempuan kini telah seimbang. Islam sudah begitu berkembang. Pacaran secara sehat menurutku sama saja seperti ta’aruf yang kamu maksud itu.”

“Pacaran secara sehat itu seperti apa kak? Apakah kak Riko mampu menmpu menjamin untuk menghindari semua hal yang biasa dilakukan dalam pacaran? Apa kak Riko bisa menghindari setan ikut campur dalam urusan dua orang yang terikat dalam hubungan yang dikatakan dengan pacaran?” Sambil tersenyum Meta mulai membuka pandangan Riko.

Riko hanya terdiam bingung.
“Menurut Meta dari awal memang islam sudah modern dan perkembangannya sudah begitu sempurna diatur dalam Al-Qu’ran. Semua aturan sudah terterang begitu jelas kak. Seorang wanita begitu telah dimuliakan oleh Allah, begitu dijaga harkat dan martabatnya dan untuk menjaga itu Allah menjaganya dengan jalan ta’aruf ini. Lagipula tidak ada seorang pun yang mampu mencegah setan masuk diantara hubungan laki-laki dan perempuan bahkan jika keduanya hanya berbincang seperti ini. Siapa yang mampu menjamin bahwa dalam pacaran tidak akan melakukan hal apapun yang dibenci Allah? Jika memang sudah berniat untuk saling mengenal secara serius dan membina hubungan yang lebih matang jalannya adalah ta’aruf bukan pacaran, itu yang Meta yakini. Sekali lagi Meta minta maaf kak.” Sambil mengambil langkah pergi.

Riko hanya terpaku melihat Meta yang telah mengambil langkah pergi. Semalaman Riko terus memikirkan apa yang sudah disampaikan oleh Meta kepada dirinya.

“Masih ada saja di jaman seperti sekarang orang yang begitu menjaga dirinya seperti dia. Tidak salah memang aku telah memilihnya sebagai pelabuhan hatiku. Memang benar apa yang telah disampaikan oleh Meta. Dia bukan seorang yang baik untuk dijadikan pacar tapi dia lebih baik dijadikan sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anakku kelak. Perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik.”
Semenjak hari itu Riko berjanji pada dirinya untuk berusaha menjadikan dirinya sosok yang pantas bersanding dengan Meta.

Setelah kejadian itu Riko mulai berfikir untuk mencari jati dirinya dan memutuskan untuk sementara waktu pergi mencari ketenangan.
“Meta” teriakan Dina memangil.
“Ada apa din?”
“Ini ada surat titipan dari Riko buat kamu.”
“Surat apa din?”
“Tidak tau, kamu baca aja sendiri. Tadi dia cuma titip surat ini sambil pamit katanya mau pergi.”
“Terimakasih din.” Sambil membuka surat itu.

“Assalamuallaikum Meta. Mungkin ketika kamu menerima surat ini aku sudah pergi. Semester ini kuliahku juga sudah selesai. Jujur aku malu ingin bertemu dengan kamu, bahkan untuk menghubungi kamu lewat telpon atau sms pun aku merasa malu, untuk itu aku menulis surat ini. Aku pergi untuk sementara karena ingin mencari jati diri ta, aku ingin membuat diriku layak bersanding dengan kamu. Aku ingin berubah menjadi laki-laki yang pantas dimata Allah untuk menjadi imammu. Terimakasih ta, kata-katamu sudah benar-benar membuka hatiku. Banyak hal yang harus aku perbaiki dalam diriku. Kamu benar memang tidak sepantasnya aku memintamu untuk menjadi pacarku jika memang aku mencintai kamu. aku akan kembali ta. Jodoh tidak akan pernah mampu lari jauh walaupun dia dipisahkan oleh jarak dan waktu. Jika memang kita berjodoh kelak kita akan bertemu diwaktu yang tepat ta. Semoga ketika aku kembali kamu masih menunggu aku. Waalaikumsalam.”

“Amin. Semoga kamu bisa menjadi lebih baik kak. Aku selalu berdoa untuk kebaikkan mu.” Doanya dalam hati sambil tersenyum lega mendengar kabar baik itu.
“Kenapa kamu ta, senyum-senyum sendiri?” Tiba-tiba Nadin muncul di jendela kamarnya sambil tertawa menggoda Meta.
“Hmm.. Ta aku pinjam kerudung donk soalnya kerudungku masih di laundri.
“Masuk deh. Memangnya mau kemana kamu?”
“Aku mau keluar sama Viky nanti sore.” Katanya sambil tersenyum malu.

“Viky? Kamu beberapa minggu ini rajin sekali din keluar sama dia? Hati-hati din, aku cuma khawatir sama kamu, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk dengan kamu. Aku lihat Viky dikampus tidak begitu baik sikapnya, dia sering mengoda wanita-wanita dikampus. Aku harap kamu bisa jaga diri dan jangan sampai salah memilih teman.”

“Iya ta, aku tahu kok tapi dia berjanji akan berubah ta. Dia bilang ingin serius dengan ku.”
“Apa maksud kamu dengan serius?” Tanyanya bingung.

“Maaf ya ta, kalau aku belum cerita sebenarnya aku sudah pacaran dengan dia satu minggu ini. Aku tidak bilang sama kamu karena aku takut kamu bakal marah. Maaf sekali ta, tapi aku janji tidak akan melakukan hal apapun yang memang tidak seharusnya dilakukan. Janji! Kamu jangan khawatir, aku akan baik-baik saja.” Katanya sambil meyakinkan.

“Aku hanya berharap kamu bisa jaga diri din. Aku sudah berkali-kali melarang tapi hasilnya kamu justru marah dan mogog ngomong sama aku. Harapanku hanya kamu bisa jaga dirimu baik-baik.”

“Siap Meta, aku pasti akan jaga diri.” Sambil mengambil baju.
Satu jam berlalu. Tiba-tiba terdengar teriakan dari luar.
“Nadin… Vika… Ditunggu orang diluar.”
“Iya sebentar teriak mereka dari dalam kamar.”

Vika adalah seorang teman kos juga. Dulu Vika juga begitu dekat dengan mereka berempat, hanya saja semakin lama Vika semakin sibuk dan mulai menjauh dari mereka, bahkan anak kos yang lain. Vika terlalu sering pergi, sehingga jarang terdengar kabarnya dikos.”

“Assalamuallaikum. Berangkat dulu ya.” Teriak mereka berdua secara bersama-bersama.
“Wa’allaikumsalam. Hati-hati din, vit.” Jawab salam dari Meta dan Vita yang sedang didalam kamar.
Baru saja nadin dan vita keluar dari pintu kos, terdengar suara langkah kaki yang begitu cepat dari luar kamar. Tiba-tiba datang Dina dengan heboh masuk kedalam kamar.

“Kalian tahu tidak Vita tadi pagi habis dimarahin ibu kos soalnya semalem dia habis pulang malem lagi. Kemarin itu aku lihat dia berangkat sama cowok yang sering jemput dia itu. Baru tadi pagi dimarahin ibu, sekarang sudah keluar lagi. Itu anak hampir setiap hari keluar sama cowok itu. Pacaran mulu.”

“Hei dilarang hibah, siapa tahu dia pulang malam karena memang ada urusan yang sangat penting dan laki-laki yang sering menjemput itu temannya atau saudaranya.” Sahut Meta.

“ Nggak tahu ini orang kok ngosip mulu kerjaannya.”
“Ya maaf, tapi kan bukan gosip itu fakta kali.”
“Sudah-sudah daripada kita nambah dosa, bagaimana kalau kita sekarang cari makan. Soalnya tugasku masih numpuk banget, jadi semakin cepat makan, semakin cepat aku menyelesaikan tugas-tugasku ini.” Kata Vita dengan berdiri mengajak mereka makan.
“Ayo deh.” Sahut Meta.

Mereka berangkat untuk mencari makan. Beberapa menit kemudian mereka pulang dengan membawa beberapa bungkus makanan dan snack untuk menemani mereka mengerjakan tugas. Mereka memang sudah biasa makan dan mengerjakan tugas bersama di salah satu kamar.

Waktu menunjukkan semakin larut malam namun Nadin belum juga pulang.

“Vit, sudah malam kok Nadin belum pulang ya?” Tanya Meta.
“Iya sih, coba aku telfon dulu, kamu sms dia ya!” Sambil mereka berdua sibuk dengan handphonenya untuk menghubungi Nadin.
“Nomernya tidak aktif ta.” Kata Vita sambil khawatir.
“Iya. Dina mana? Apa kita keluar cari Nadin ya? Aku takut ada apa-apa sama dia.”
“Kenapa cari aku?”
“Nadin belum pulang. Bagaimana kalau kita keluar cari Nadin?”
“Ya sudah ayo, kalian siap-siap, biar aku minta kunci sama ijin ke ibu.”

Mereka bertiga berkeliling mencari Nadin. Hampir satu jam mereka mencari Nadin namun belum juga ketemu.
“Vit, vit berhenti, itu Nadin bukan sih?”
“Mana ta? Itu, coba berhenti.” Sambil berhenti. Kemudian Meta dan Dina segera berjalan menuju ke arah seorang wanita sedang duduk sambil menangis. Karena merasa yakin bahwa itu Nadin, mereka bertiga berlari menuju ke arah wanita itu duduk.
“Nadin? Nad, kenapa kamu nangis disini? Kami itu khawatir sama kamu.”
“Ayo kita pulang sekarang saja, nanti dikos baru dijelaskan.”

Sampai dikos mereka menenagkan Nadin yang terus menangis.


“Ini nad minum dulu. Jangan nangis terus, coba ngomong ada apa?” Sambil memberikan segelas air putih kepada Nadin.
“Ta, kamu benar Viky itu cowok kurang ajar ta.” Sambil terus menangis.
“Ada apa nad? Coba cerita pelan-pelan jangan nangis, tenang.”
“Dia ta, dia tadi berlaku kurang ajar sama aku. Dia mau berbuat macam-macam sama aku.” Sambil semakin menangis tersedak-sedak.
“Tapi kamu tidak apa kan? Kurang ajar sekali itu orang. Awas aja, kita buat perhitungan besok sama dia!” Nada marah Vita.

“Sudah, tenang. Vita juga, kita tidak perlu kita turun tangan. Yang penting Nadin baik-baik saja sekarang. Ini jadi pelajaran buat kamu, buat kita semua untuk lebih hati-hati. Allah kali ini masih sayang sama kamu nad. Jangan buat Allah kecewa lagi dengan sikap kamu! Sekarang lebih baik kamu sholat, kemudian istirahat. Sudah tidak apa, tenangkan dirimu.”

Pagi menjelang dengan matahari bersinar terang menyilaukan. Tiba-tiba Dina berteriak keras dari luar.

“Meta, Nadin, Vita, bangun sekarng cepat! cepat!” Pangilnya sambil mengetuk pintu setiap kamar keras.
“Ada apa sih?” Jawab Vita, Nadin dan Meta sambil membuka pintu, berjalan menuju kamar Dina dengan sempoyongan.
“Bangun! Vika.. Vika hamil!” Seketika Vita, Meta dan Nadin yang masih terlihat mengantuk tersentak kaget. Rasa kantuk serasa hilang.

“Astafirullah. Kamu dapat kabar seperti itu darimana? Gosip itu!” Sahut Meta.
“Gosip apa? Ibu tadi pagi nemuin testpek di kamar mandi. Setelah ditanya ternyata punya Vika. Dia nangis-nangis tadi waktu ditanya ibu.”
“Terus dia bagaimana sekarang? Dia dimana?” Tanya Vita.
“Dia tadi dipangil abah.” Sambil mereka tercengang serasa tidak percaya.
Tiba-tiba Nadin memeluk Meta, Vita dan Dina.

“Aku benar-benar bersyukur ada kalian. Untung saja aku tidak sampai seperti itu. Terimakasih untuk selalu mengingatkan aku. Maaf untuk semua sikapku selama ini.”

“Akhirnya kamu mengertikan? Itu sebabnya Allah melarang pacaran dan memberikan jalan ta’aruf untuk saling mengenal antara pria dan wanita. Betapa Allah menyayangi kita dan memuliakan kita sebagai wanita untuk dijaga. Mau seperti apapun dikatakan pacaran sehat dan laki-laki yang dekat itu baik, tidak akan ada seorang pun yang mampu menjamin bahwa tidak akan ada setan yang ikut campur. Lagipula jika memang laki-laki itu mempunyai itikat baik kepada seorang wanita maka laki-laki itu akan memuliakan wanita dengan menjaga hubungannya lewat ta’aruf bukan malah mengajak pacaran. Ini menjadi pelajaran untuk kita semua. Kalian mengertikan sekarang maksudku? Bukan aku tidak senang jika kalian senang tapi aku hanya menjaga kalian. Bukan juga aku yang sok melarang kalian, itu semua adalah cara Allah untuk menjaga kita sebagai wanita.”

Satu tahun berlalu setelah Riko pergi. semenjak hari itu banyak hal tidak sama lagi dari Meta, banyak hal berubah dan mulai dipahami. Seperti halnya hati Meta, yang tidak dengan mudah bisa dimengerti dan dipahami. Meta terus menunggu Riko kembali seperti yang Riko telah minta.

“Assalamuallaikum Meta.” Salam dari seorang laki-laki yang tiba-tiba berdiri didepan kos Meta”
“Wa’allaikumsalam. Kak Riko?” Dengan wajah kaget melihat Riko didepan kos.
“Iya ta, aku Riko.” Jawabnya sambil tersenyum.
“Kamu mau ke kampus? Mau aku antar naik motor?” Tanyanya sambil tersenyum.
“Meta bisa jalan saja kak.”
“Wanita ini masih sama, masih begitu menjaga martabatnya dan begitu takut jika Allah marah kepadanya. Betapa dia wanita yang istimewa. Berarti aku memang tidak salah menempatkan hatiku untuk mencintainya. Ya Allah jika memang dia diperkenankan sebagai makmum yang menata keluarga ku kelak maka lancarkanlah jalanku untuk menuju hatinya tanpa mengurangi sedikit pun porsi untukmu kepadaku. Jika dia memang tulang rusuk yang diciptakan dari bagian tubuhku maka jagalah dia, hatinya dan pandangannya ya Allah, selama memang waktu belum tepat untukku menjadi imamnya. Begitu pula kepadaku. Dan jika memang saat ini takdir telah menempatkan waktu yang tepat antara diriku dan dia biarkan kami menjadi satu dalam sebuah ikatan yang halal. Sehingga mudah kan jalan kami berdua dalam mencapai kebaikan. Amin.” Doanya dalam hati.

“Aku kembali ta, menepati semua janjiku ke kamu.”
“Alhamdulillah.” diucapkan dari dalam hati Meta.

Meta benar-benar terlihat senang melihat Riko telah benar-benar berubah. dari awal hati Meta telah memilih Riko sebagaimana hati Riko memilih Meta. Kini takdir benar-benar menunjukkan waktunya yang tepat. Satu tahun penantian yang bukan panjang dan bukan pula sebuah penantian singkat.

“Aku tahu ta. Ta, aku kesini hanya ingin bilang bahwa aku telah menemui ayahmu bersama orang tuaku. Aku telah menepati janjiku.” Katanya sambil tersenyum.

Meta pun membalas senyum manis itu dengan sebuah tatapan malu dan bahagia. Meta adalah bagian takdir yang telah digariskan kepada Riko untuk menjadikan hidupnya berkah dan sempurna. Mereka diciptakan untuk hatinya saling menyatu, pandangannya saling menjaga dan diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain. Saling memiliki ikatan jodoh, bertemu dalam suatu ikatan halal yang dikatakan pernikahan. Dijadikan makmum lah Meta bagi Riko. Cinta yang indah dengan sebuah penantian berbuah manis diakhir kisahnya. Pada akhirnya Riko dan Meta memperkuat hubungan mereka dengan ta’aruf yang menjaga hubungan tanpa dipengaruhi setan dan memuliakan seorang wanita. Ta’aruf ini berjalan 3 bulan dan akhirnya mereka menikah setelah Riko memegang toga. Ta’aruf tersenyum pada penantiannya. Bukan nafsu yang berbicara pada cinta yang nyata tapi ikhlas dan tawakallah yang membawa cinta pada surga.

Cinta sempurna bukan dari pasangan yang sempurna, tapi cinta sempurna datang dari  pasangan yang mampu melengkapi dalam sebuah cerita yang indah untuk di bawa menuju surga. Cinta tidak pernah diciptakan sempurna, tapi cinta selalu ditakdirkan untuk menjadi sempurna. Bukan cinta yang memberi alasan tapi alasan yang memberikan cinta. Bukan masalah ketika kita bertahan untuk sebuah cinta, tapi bukan hanya cinta kepada sesama manusia yang lebih diutamakan. Cinta bukan hanya sekedar mencari rasa, atau kebahagiaan sesaat, tapi cinta harus memberikan kebahagiaan sempurna sampai mencapai surga. Tidak pernah salah ketika kita mencintai sesama manusia, lawan jenis kita, karena itu adalah fitrah dalam diri setiap manusia, yang salah adalah ketika kita mencintai manusia melebihi kita mencintai sang pencipta kita dan membiarkan Allah cemburu karenanya.

21 Agu 2014

Ini Untukmu, Tulisan dari Hatiku



Aku masih tak paham dengan jalan pemikiranmu, mungkin karena aku terlalu menyayangi dan mencintaimu. Sebenarnya aku sendiri juga bingung untuk menulis hal ini dimulai darimana, aku hanya bisa menerka-nerkanya. Bahkan mungkin kamu akan menertawakan ku (lagi), adanya tulisan ini. Kebahagiaan bisa datang kapan saja, tak perlu merencanakan hanya saja harus diciptakan. 

Pengorbanan untuk menahan amarah, menguatkan hati, bersabar menunggu dan merelakan waktu. Semua sudah ku lakukan, hanya untukmu. Aku menghargai sebagaimana pun usaha mereka yang memberi tau dan menyadarkan kebodohanku ini. Kau tau, hanya anggukkan kepala dan kata iya dari mulutku, sedangkan hatiku? Masih terus menyebut namamu. Aku tak mampu mengobati luka ku jika aku membohongi hatiku terus menerus.
Heran ku kenapa aku masih kuat untuk berada di sampingmu, meski kamu telah jauh berbeda dari lintasan logika ku. Dan aku masih saja memperdulikan perasaan daripada logika yang seharusnya lebih ku dengarkan. Cinta ini memang menguatkan ku hingga sadarmu mengingatku kembali. Namun aku masih takut, kesedihan akan muncul ketika kebahagiaan itu datang.

Waktu selalu mengejar hari kebahagiaan yang tercipta oleh dua insan. Mungkin aku akan terlelap di bahu dan dekapanmu yang masih sama seperti dulu; hangat dan nyaman tuk meluapkan suka dan duka. Ah sudahlah katamu semua ini terlalu berlebihan, terlalu berlebihan mencintaimu. Kemudian tawa kecilku bersama air yang membasahi kedua pipiku, saat kita larut dalam kesendirian malam itu. Tangis langit sudah tak tertahan, saat kita kembali bersama tuk melanjutkan kisah yang selama ini masih tersimpan tanda tanya.
Bidadari di luar sana sungguh indah bahkan lebih dari segalanya, daripada bidadari yang dipandang sebelah mata disini; di sampingmu selalu. Ku harap kembalimu bersama ku dengan manis ini, mampu mengindahkan kisah yang ku tunggu kelanjutannya dan hatiku masih tetap memihakmu, walaupun usaha ku dan mereka megalihkannya.

19 Agu 2014

Ayat Benteng Pertahanan Diri, Keluarga dan Harta Benda



Banyak sekali Ayat-ayat Al-Qur'an untuk melindungi Diri Sendiri, Keluarga dan Harta Benda, tetapi disini saya rangkum dan saya ambil dari beberapa ayat yang sudah dihafal dan di ketahui oleh seluruh umat Islam.

Al-Quran memang merupakan pendinding dan pelindung daripada segala keburukan, Al-Quran Kalamullah, Allah Ta’ala memerintahkan apabila kita diganggu oleh syaitan maka kita memohon perlindungan kepadaNya, sebagaimana firmanNya:

وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
 
Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ( Fussilat 41:36 )
Ada beberapa Ayat Al-Qur'an sebagai benteng pertahanan diri, keluarga dan harta benda. Dan saya rangkum beberapa Ayat Al-Qur'an;
1. Al-Muawwizat
2. Ayatul Kursi
3. Ayat 1 hingga 9 Surah Yaasin

1.0 Al-Muawwizat ( Pelindung-pelindung )
Al-Muawwizat yaitu;
1. Surah Al-Ikhlas
2. Surah Al-Falaq
3. Surah An-Naas

Cara:
1. Lunjurkan kaki ke arah Qiblat.
2. Mengangkat dua tangan seperti berdoa
3. Baca ayat-ayat Muawwizat sehingga selesai ( tidak termasuk membaca Surat Al-Fatihah).
4. Tarik nafas kemudian tiup pada telapak tangan sehingga habis nafas.
5. Tarik sedikit nafas, kemudian tahan nafas sambil menyapu telapak tangan ke seluruh anggota badan yang dapat diraih.
6. Lakukan sekali sebelum tidur dan selelas shalat Subuh.

2.0 Ayatul Kursi

اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Terjemahan:
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Surat Al-Baqarah ayat 255).

CARA:
1. Untuk melindungi diri sendiri: selepas baca ayatul kursi tiup disekeliling mengikut pergerakan tawaf kaabah, dengan niat melindung diri.
2. Untuk melindungi rumah: baca ayatul kursi sambil berjalan mengelilingi rumah (mengikut pergerakan seperti tawaf kaabah). Berjalan didalam atau diluar rumah.


3.0 Surat Ya-Sin ayat 1 sampai 9
يسٓ
(1) Yaa Siin.

 وَٱلْقُرْءَانِ ٱلْحَكِيمِ
(2) Demi Al Qur’an yang penuh hikmah

إِنَّكَ لَمِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ
(3) sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul

عَلَىٰ صِرَ‌ٰطٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ
 (4) (yang berada) di atas jalan yang lurus

تَنزِيلَ ٱلْعَزِيزِ ٱلرَّحِيمِ
(5) (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang

لِتُنذِرَ قَوْمًۭا مَّآ أُنذِرَ ءَابَآؤُهُمْ فَهُمْ غَـٰفِلُونَ
(6) agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai

لَقَدْ حَقَّ ٱلْقَوْلُ عَلَىٰٓ أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
(7) Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman

إِنَّا جَعَلْنَا فِىٓ أَعْنَـٰقِهِمْ أَغْلَـٰلًۭا فَهِىَ إِلَى ٱلْأَذْقَانِ فَهُم مُّقْمَحُونَ
(8) Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah

 وَجَعَلْنَا مِنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّۭا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّۭا فَأَغْشَيْنَـٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ
(9) Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.

CARA
1. Untuk memegar diri, keluarga dan harta benda.
2. Berdiri disatu penjuru rumah (katakan dihadapan rumah sebelah kanan) sambil menghadap penjuru rumah satu lagi iaitu dikiri rumah. Baca surah Al-fatihah diikuti Surah Yaasin ayat 1~9. Sambil baca, sambil berjalan menuju kepenjuru rumah satu lagi. (Ikut arah Tawaf Kaabah). Baca kombinasi ini di setiap penjuru iaitu sampai bertemu penjuru yang mula-mula. Jumlahnya 4 kali. Akhir sekali baca kombinasi ini sambil mengisyarat mendinding keseluruhan bumbung rumah.
Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua terutama saya sendiri

18 Agu 2014

Kedahsyatan Shalat Sunnah Dhuha

Shalat Dhuha adalah salah satu amalan sunah orang cerdas. Apalagi ibadah ini dilakukan di saat badan sedang segar-segarnya, sinar matahari juga sedang sehat-sehatnya buat badan manusia. Shalat sunah Dhuha dikerjakan saat matahri tengah naik ( sekitar pukul 07.00-10.00 )dengan jumlah rakaat shalat dhuha minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat. Dan dilakukan dalam satuan 2 rakkat sekali salam.

Shalat Dhuha begitu besar keutamaannya, begitu tinggi kedudukannya, serta hampir syariat islam mewajibkannya. Makannya termasuk Sunah Muakkadah, dalilnya antara lain : “ Allah azza wa zalla berfirman: Wahai anak Adam jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada permulaan siang (yaitu shalat dhuha), nanti akan Ku-cukupi kebutuhanmu pada sore harinya.” (HR Hakim dan Thabrani, dalam Saiyid Sabiq, Fiqi Sunah II, Terjamahan MahyudinSyaf, PT Al-Ma’arif, Bandung,1994, Hal. 66).

Karena ada shalat Dhuha maka ada juga shalat tahajud, kenapa ada tahajud? Karena jarak Isya dan Shubuh begitu panjang, Allah ingin agar kita tidak lalai, tidak berlebihan, Dia minta kita bangun sampai-sampai Dia Yang Maha Rahman, Maha Pengampun, Maha Kuasa mau turun ke langit pertama untuk menyapa kita.

Bangunya kita walau sesaat untuk shalat Tahajjud, membaca Kalam-Nya, dan banyak-banyak istighfar disaat sahur sangatlah bermakna untuk perubahan hidup kita di dunia dan akhirat.

Demikian juga untuk Shalat Dhuha, karena jarak antara Shubuh dan Dzuhur begitu panjang, Dia tidak mau kita lalai dalam mencari dunia dan mencari rizki, melalui Rasulullah SAW kita dikenalkan dengan Shalat Dhuha untuk lebih mengenal dan lebih dekat kepada Allah, Pemilik dunia dan Pemberi rizki yang sesungguhnya.

Banyak kisah sukses dari ahli Dhuha yang Allah hadiahkan kepadanya dunia dan rizki yang melimpah. Mengapa kita tidak mencari ridha, rahmat dan berkah dari Allah lewat jalur ibadah? Hingga Ia hadirkan dunia-Nya tanpa harus kita bersusah payah, lelah bahkan sampai ngoyo mencarinya.

Berikut ini adalah kedahsyatan atau kehebatan Dhuha (silakan dipahami):

1. Dua rakaatnya bila rutin dilaksanakan maka akan menghapus dosa-dosa walau sebanyak buih dilautan. Jadi ini amalan pengiring taubat disamping Shalat Taubat dan Istighfar. Hadiah apalagi yang lebih istimewa yang Allah berikan selain ampunan dan ridha dari- Nya?

2. Dengan Shalat Dhuha pahala haji dan umroh dengan sempurna kita bisa dapat. Buat yang belum punya uang, belum punya kesempatan, belum ada panggilan ke Baitullah, maka bisa meraih pahala haji dan umroh bahkan sempurna, sempurna dan sempurna.

Anas radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, beliau berkata, rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang mengerjakan Shalat Fajar (Shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat 2 rakaat (Dhuha) ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umroh, sempurna, sempurna, sempuna.” ( HR. Tirmidzi)

3. Dua rakaatnya setara dengan sedekah untuk 360 persendian. Di dalam tubuh manusia terdapat 360 sendi yang atasnya masing-masing ia bersedekah.

Para sahabat bertanya: siapa yang sanggup melakukan itu ya Rasulullah?
Beliau berkata: menghilangkan dahak (kotoran) di masjid, atau membuang sesuatu yang mengganggu di jalan, maka apabila tidak sanggup cukup diganti dengan dua rakaat Shalat Dhuha yang pahalanya serupa dengannya.

Rasulullah bersabda: “Di setiap sendi dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha sebanding dengan pahala semua itu.”

4. Ingin punya usaha, punya bisnis, punya kerjaan yang tempatnya dekat dengan rumah, penghasilannya besar, omzetnya besar dan berkah dan cepat pulangnya, bahkan sewayah-wayah bisa??

Rasulullah mengirim sebuah pasukan perang. Nabi berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!. Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).

Lalu Rasulullah berkata: “Maukah kalian Aku tunjukan kepada tujuan paling dekat dengan mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimahnya, dan cepat kembalinya? Mereka menjawab: “Ya!” Rasul berkata lagi: “Barangsiapa yang berwudhu, kemudian masuk kedalam masjid untuk melakukan Shalat Dhuha, dialah yang paling dekat dengan tujuannya, lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (HR. Ahmad dan Thabrani)

Demikianlah sederet kedahsyatan, keutamaan atau manfaat dari Shalat Dhuha. Mungkin masih banyak lagi keutamaanya yang masih belum ditelusuri lebih lanjut.

Semoga kita diberi oleh Allah keistiqomahan dalam mengerjakan Shalat Dhuha serta semua amalan, ampunan, dan hajat kita diterima oleh Allah SWT. Amin.. Wallahu ‘alam bi showab.

-----
Our Ordinary Family

15 Agu 2014

Sepuluh tahun aku membenci suamiku

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku.

Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar- benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senan g dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya .

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas.

Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya. “Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut. Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat, kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon.

Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu. Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai.

Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “Selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu- tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya.

Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat.

Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara. Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya.

Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman- temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari- hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu.

Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari- jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikanny a, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas.

Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia- nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit.

Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa.

Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang, Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu. Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti.

Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak- anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang. Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini.

Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku. Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu.

Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note. Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya , tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi. Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?” Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikanny a atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?” Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hamper sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus

=====

Source: http://goo.gl/XmtX5K


12 Agu 2014

Lelaki

Lelaki adalah...

Kalau lah ada keberanian yang harus ada pada seseorang maka hal itu seharusnya akan mudah kau temukan pada diri seorang lelaki…

Lelaki yang berani menjadi seorang pemimpin, berani berkata benar dan berani mengambil keputusan. Menjadi pemimpin atas dirinya sendiri, juga atas keluarganya. Berkata benar pada dirinya
sendiri juga pada orang lain. Dan berani mengambil keputusan yang tak hanya baik untuknya tapi juga baik untuk orang lain
bahkan untuk umat.

Kau tahu mengapa bahu seorang lelaki itu harus kuat? Itu tak lain karena ia memikul beban yang begitu berat. Andai kau tahu, menjadi lelaki itu tak mudah. Bukankah ia harus menjaga anak istrinya dari api neraka? Dan bukankah hal itu sudah menjadi amanah yang teramat berat bagi tiap lelaki di dunia?

Ya, itulah mengapa seorang lelaki harus memiliki bahu yang kuat, karena ia memikul amanah berat. Dan tahu kah kau bahwa bahu itu tak hanya harus kuat tapi sekaligus lembut? Karena di bahu itulah ada seorang istri yang menjadikannya sandaran, menjadikan bahu itu sebagai tempat ternyaman untuknya meredam gundah dan kesedihan. Di bahu itulah nanti, akan ada anak-anak yang akan bergelendot manja, meminta kasih sayang. Pun, begitu pula dengan tangannya.

Tangan seorang lelaki haruslah kuat, karena dari hasil kerja tangan itulah ia menafkahi anak dan istrinya. Ia yang harus selalu berusaha, agar apa yang ia bawa pulang ke rumah adalah rizqi yang halal. Ia pula yang harus memastikan bahwa ada barokah pada tiap tetes peluhnya, hingga ia mampu memberikan kehidupan yang baik dan layak untuk mereka yang setia menanti kepulangannya dengan rindu yang membuncah.

Tangan lelaki itu selalu menyediakan dekapan lembut penuh sayang untuk anak-anaknya, tangan yang akan menjadi pegangan bagi jemari-jemari kecil itu belajar berjalan, belajar naik sepeda juga belajar hal lainnya. Tangan yang tak akan pernah melukai, tapi tangan itu selalu menyediakan belaian lembut untuk anak dan istri terkasihnya. Dan lelaki itu, memiliki hati sebening embun hingga ia bisa mencintai anak dan istrinya dengan sebenar-benarnya ketulusan jiwa.

Seorang lelaki, sungguh tak mudah menjadi dirimu. Dan kami tahu itu, bahwa engkau punya sekian banyak gelar yang juga adalah amanah bagimu. Kau lah yang menjadi imam kami, yang harus menunjukkan pada kami jalan kebaikan hingga kau bisa mendekatkan kami pada apa-apa yang dicintaiNya.

Kau lah seorang suami, dan kau jua lah yang akan dipanggil ayah. Maka, jadilah dirimu yang terbaik, hingga semua gelar itu akan mampu kau raih.

-----
Source : Bidadari dunia mencari bekal untuk akhirat